lagu

Wednesday, December 19, 2012

Aku Akan Selalu Ada Untukmu...

"Aku ingin menjadi segumpal awan... Yang bisa mengekori langkahmu... Agar dapat melindungi dirimu... Dari panas dan hujan yang melanda... Aku juga ingin menjadi matahari... Memberi cahaya menerangi hari-harimu... Memaparkan seluruh keindahan alam... Yang dipenuhi warna-warni keceriaanmu... Dan aku ingin menjadi bulan malammu... Menerangi dan menemani setiap sepimu... Bintang-bintang bertaburan di langit biru... Menjadi lampu-lampu menemani mimpi-mimpimu... Namun... Aku hanyalah aku... Cuma memiliki sekeping hati...Yang mampu berdoa buatmu...Dan mencintaimu setulus hati..."



Saturday, December 15, 2012

*LUKA*

Jika sampai waktunya
Biarlah kaca itu mendarahiku
Biarlah…
Biarlah pedih menanahi hidupku ini.
Tidak perlu
Air mata ini kautangkiskan
Biarlah aku mati dalam dunia
Kusendiri.

Luka yang robek
Adalah merah darah kedukaan…


Saturday, December 1, 2012

*SETIAP SIANG YANG DATANG*

Setiap siang yang datang
Adalah hari yang baru
Buat kita
Menyirami kuntum-kuntum
Yang terlayu
Diusik mentari,
Menyimpul benang-benang
Yang terputus
Di tarik jari.

Dan setiap siang yang datang
Adalah hari yang baru
Buat kita
Mencerah rona diri
Yang terkelabu
Memaniskan usia
Yang kian dewasa.

Setiap siang yang datang
Adalah hari baru
Yang mesti kita dakap
Dengan senyuman
Dan harapan…

*SEPERTI AIR LAUT*

Hidup ini seperti air laut…
Sentiasa bergelombang
Dipukul ribut terhempas di batu karang
Buihnya meresap di pasir
Di dasarnya tersimpan seribu rahsia.

Begitu kehendak Tuhan
Hidup seperti air laut
Maka bahtera pun belayar
Laut luas ternganga
Bekalnya cuma sebuah tekad
Di sinilah kejayaan…
Di sinilah kehancuran…
Kerana di sini bermulanya,
Cinta dan harapan…

*SEGALANYA TELAH TAWAR*

Mendung berarak-arak
Angin tersenyum sinis
Memerhati
Cahaya kian menghilang
Yang tadinya cerah kini kegelapan
Meraba-raba menyusur hidup
Walaupun kini
Sebutir cahaya memancar sinarnya
Namun cuma memberikan
Kecerahan yang malap
Kini semuanya sudah terlewat
Kerana segalanya telah tawar…

*HUJAN*

Hujan…
Antara kegelapan
Mencucuri sekujur tubuh
Dalam kerinduan
Penuh syahdu.

Lalu jadilah
Lagu-lagu yang ada
Tak pernah merdu
Semerdu hujan ini
Dan aku
Sebagaimana aku yang lalu
Tetap kepayahan
Dalam mencari sebuah pertemuan.

Kini…
Hujan dan kegelapan
Adalah pemburu dihati ini.

*PUISI BUAT TEMAN*

Teman…
Bicara demi bicara
Kauukir
Di sudut bibirmu
Akan kuhimpunkan
Menjadi puisi-puisi rinduku
Setiap kejauhan malam
Akan kudeklamasikan
Buat mengenangmu.

Akan kuabadikan namamu…teman
Dalam ingatanku
Mengiringi doa restuku
Buat kebahagiaanmu…

*SEBUAH PESONA*

Kilau dari matamu…
Adalah nyala abadi
Pancaran seribu makna
Penuh erti dan pesona.

Gemersik dari nafasmu…
Adalah angin pagi
Lembut dan damai
Mengusap rasa.

Aku pun tiba-tiba
Jadi pentafsir
Mencari makna diri
Di antara
Kelopak-kelopak rindu…

*CERITA TENTANG CINTA*

Bagiku,
Cinta…
        Tiada terlukiskan
        Tiada terungkapkan
Jika kauingin tahu
Dan masih ragu-ragu
Inilah pesanku :-
                        Lihatlah wajahku…
                        Renunglah mataku…
                        Sentuhlah jejari ini…
Segala rahsia hati itulah cinta.
Usahlah dipaksa aku bersuara
Demi kata-kata yang mungkin palsu
Kerana siapa pun boleh saja mengucapkannya.
Maka jika ingin tahu rahsia dihatiku,usah paksa.
Inilah pesanku :-
                        Lihati wajahku…
                        Renungi mataku…
                        Sentuhi jejariku…
Di situ getaran sukma
Seni dan murni. Itulah.

*INGATAN*

Jika ingatan padaku sudah tiada
Sedetik luangkanlah agar
Diri ini masih mempunyai makna
Agar diri ini tidak terus luput.

Aku setiap masa masih setia
Ingatanku padamu tidak goyah
Masih kukuh seperti detik indah dulu
Yang kuharap akan berulang.

Mungkin aku ibarat pipit
Tidak tahu diri
Tapi ketahuilah teman…
Aku masih punya hati dan perasaan
Punya rasa untuk rindu merindui.

Inginku katakan padamu
Betapa aku rindu padamu
Betapa aku rindu pada dendanganmu
Yang aku semakin pasti
Kautidak sudi aku menjadi pendengar.

Teman…
Jauh di sudut hati
Aku tanamkan secebis harapan
Agar kauakan tetap setia mengingati
Pada insan yang pernah
Kaukenali…

*BILA RINDU MENJELMA*

Rindu…
Mengapa kaujelma lagi
Mengusik perasaan
Disaat aku dalam kejauhan
Sendiri di pelabuhan.

Rindu…
Beban ini menyiksakan
Yang pasti penawarnya
Cuma bertemu
Namun masa tidak merelakan
Pertemuan antara kita.

Rindu…
Oh, kejamnya
Kaucengkam jiwa ini
Di mana aku tak mampu menolaknya
Saat kaudatang
Aku pasti terseksa…


*SEJUTA PERSOALAN*

Perasaan…
Menjadi sedingin malam
Di perbukitan
Kelam di segenap ruang
Gema suara melantun dalam diri
Kemesraan pudar
Mereput di dedaunan kering.

Di sini…
Embun tidak henti menitis
Membasahi ruang ingatan
Pada mesra yang dulu
Ketika bilur-bilur waktu
Menikam telapak sendu
Akulah unggas-unggas hutan
Yang tak mampu melaung
Saat kuhimpun mesra
Kenangan menjadi bara
Yang menyemarakkan lagi
Sejuta dendam
Angin tak mampu melenyapkannya
Dalam ruang ingatan
Malam tak mampu menidurkan
Resah seorang penanti
Pada persoalan yang belum selesai

Hidup ini terlalu pendek
Untuk dimusykilkan…!!!

*ANDAINYA KESEPIAN MELANDA*

Andainya kesepian melanda…
Kosonglah hati ini
Terdampar sepi
Di pelabuhan tak berpantai.

Andainya kesepian melanda…
Tanduslah jiwa ini
Bagai musafir hilang pedoman
Di padang pasir tak berpenghuni.

Andainya kesepian melanda…
Resahlah rindu ini
Mengharap seteguk kasih
Di perhentian cinta bermisteri.

Andainya kesepian melanda…
Deritalah aku bernama lelaki
Dihempas ombak rindu
Di pantai cinta gadis.

Andainya kesepian melanda…
Hilangnya bicara menjadi  tanya
Di dalam bait-bait puisi
Melepaskan sengsara rindu...

*TERLERAI SEBUAH KEMESRAAN*

Daun-daun harapan semalam
Gugur bertaburan
Meranapkan sebuah janji
Meruntuhkan kota cinta
Serpihan-serpihan cinta
Berkecai menimpa hati
Yang kian lara
Dan memusnahkan satu impian
Yang telah terbina
Antara dua hati.

Apabila bicara
Menjadi dusta
Kata-kata di sebalik senyuman
Hanyalah menjadi mainan
Engkau berselindung
Di sebalik kemesraan
Sekadar menyembunyikan
Sebuah kepuraan
Tiada lagi kebahagiaan
Yang menjemput kita
Hanyalah perpisahan…

*SERIBU PERSOALAN*

Sewaktu dulu…
Kita pernah mengukir janji
Memahat kata setia
Agar tidak terbenam
Ditelan zaman.

Setelah sekian lama
Kita melewati batas waktu
Kemesraan kita…
Hampir diragut musnah
Ikatan cinta…
Di ambang pintu retak
Janji setia…
Seakan lenyap dan pudar

Di persimpangan jalan
Aku bergelut dengan dilema
Diselaputi seribu persoalan
Hatiku semakin digayuti resah
Di wajahmu kulihat
Terpamer senyum duka
Di matamu kurenung
Tiada lagi sinar bahagia

Mampukah kita…
Terus menggantung harapan
Menggarap impian
Jika dihati…
Kasih sudah terlerai
Sayang sudah berkecai…

*TERIMA KASIH SEGALANYA*

Terima kasih aduhai teman…
Kerana sudi membenih cinta
Melamar kemanisan bahagia
Walau samar kejituannya.

Terima kasih wahai teman…
Tatkala diri di kamar gelita
Kauhadir membawa cahaya
Walau tak pasti gemerlap sinarnya.

Terima kasih segalanya teman…
Kerana pernah menabur budi
Menyemai kasih di taman hati
Menanam rindu di batas hari
Walau ianya berakhir sepi.

Maafkan aku wahai teman…
Walau biduk berlalu pergi
Tak mungkin kiambang…
Bertaut kembali…

Tuesday, November 27, 2012

TEMAN...
Titis-titis hujan di sini
Membasahi sepiku
Mengalirkan resah dihati
Aku rindu padamu…
Pelabuhan ini
Bagaimanapun sering ditinggalkan
Aku tetap menanti bayangmu
Kerana demikianlah lumrahku…
"Inginku lemparkan bicara resah
Tentang kerinduan hati
Tentang kesayuan diri
Tapi, pada siapa?
 Melihat kuntuman anggerik segar
Aku melemparkan senyuman
Wajarkah kerinduan ini terpendam?
Menyusup bayu layu yang mendesir
Aku menghamburkan keluhan
Bisakah kesayuan ini terpadam?..."
“Hati sering memaksa...
Melepaskan cinta dari terus setia
Namun rasa kasih sering membatasi
Haruskah terus mengharap menanti
Sedang rindu semakin jauh
Dan rasa cinta kian pudar...”
Kasih...
Sejak bertemu denganmu
Hatiku diamuk gelisah
Terpandang senyum manismu
Hatiku bergetar kencang
Malam-malam hanya wajahmu
Menerpa di segenap penjuru mindaku...

Kasih...
Kiranya kautahu
Betapa aku menyintaimu
Tidaklah aku ternanti-nanti
Sehingga saat ini...



"Kuucapkan selamat malam kepadamu
Dengan resah dan tangan tergetar
Kupohon doa buatmu
Semoga esok membawa makna.

Meski doa sebuah pintaan
Tapi kuisi dengan harapan
Dan sayup di hujung malam
Aku memanggilmu
Membukakan pintu kecintaan
Kerana aku ingin masuk
Ke dalam jiwamu...
KASIH..."
“Hidup tak selalunya indah
Cinta tak selalunya bahagia
Inilah hakikat kebenaran
Kemanisan dalam kepahitan
Seharusnya aku lebih mengerti
Sejak hadirmu di sisi...”

Terima Kasih...Tuhan...

“Kalau malam bisa mencintai aku
Pasti siang cemburu lalu pelanginya hilang
Namun jika aku menerima cintanya siang
Malam pasti merajuk dan tidak berbulan.

Tuhan...
Berikan aku cinta
Yang tidak perlu aku memilih
Antara dua keindahan
Dan, terima kasih
Kerana KAU berikan aku dia,
Cinta yang tidak perlu aku pilih.”
"Hari ini aku berjalan tak berteman
Kelilingku orang-orang asing
Yang tidak mengenaliku lagi
Di sini tiada senyum dan salam
Bicara jauh sekali
Aku makin sunyi

Bagiku…
Ombak laut, bukit bukau
Seakan bisu
Pasir pantai, desir angin di gunung
Tak berlagu….
di jiwaku
Semuanya telah mati,
mati!
Aku makin sepi…"
“Langit benderang. Purnama telah sempurna
Di kejauhan malam sepi terbentang
Dan aku menyanyi keriangan di bawah sinar purnama
Tapi tiada yang mampu kulagukan
Selain kerinduan ini...”
"Sewaktu malam membisik sepinya
Aku pun menjadi terlalu rindu
Pada suara burung yang terbang
Pada suara daun cemara ditiup angin mendesir
Pada suara ombak mengejar pantai
Pada suara siput meraba di pasir
Pada suara manusia berbicara lembut dan mesra
Dan pada suaramu…
TEMAN…"


“Sewaktu sepi merata
Kuundang riang burung jauh di tengah rimba
Kuintai wajah purnama di balik awan
Namun sia-sia...
Pedih ngilu tetap menikam kalbu
Lagu puisiku makin sayu
Penghujung iramanya hanya sendu!”

Sunday, October 28, 2012

“Kujadikan dirimu kenangan dalam hati
Terlalu lama kau pergi...aku yang terkapar di pantai sepi
Tenggelam di tengah lautan...mencari cinta yang pernah kau beri
Bilakah kau akan kembali...menemuiku yang setia di sini...

Mengapa ini semua berlaku...disaat aku merindukanmu
Terasa kau semakin jauh dariku..namunku tak pernah jemu
Untuk selalu menunggumu
Kiranya kau takkan kembali...biarlah aku sendiri sampai akhir nafas ini...”



Wednesday, October 24, 2012

“Kelu bibir malam menyaksikan kepergianmu
Hanya titis airmata mengiringimu berlalu meninggalkan aku
Inginku jaga dalam mimpiku...menerima kenyataan yang berlaku
Namun kutahu kutakkan mampu...

Kini cintamu tiada lagi...telah terkubur bersama sepi
Pusara rindu ini sebagai bukti cintaku
Biar kubawa cinta ini bersemadi dalam hatiku
Kurelakan kau pergi...bersama mimpiku...
Kukan harungi hidupku tanpa dirimu...”


“Berat tangan melepaskanmu...
Berat lagi hati membiarkanmu berlalu
Bukanku takut kehilanganmu...
Tapiku tak sanggup menahan seksanya rindu.

Bukanku sakit hati terhiris...
Tapiku lelah terus menangis...
Biar aku di sini menantimu...hingga kering air mataku
Angin malam temani aku...hingga dia kembali kepangkuanku."



“Jalan itu semakin sukarku tempuh
Kerana tebing cintaku tak lagi teguh
Bukanku rapuh ataupun jenuh
Tapi dayaku tak lagi mampu...menggapaimu yang semakin jauh...

Mestikah aku terus menunggu..???
Atau kubiarkan saja...waktu sebagai penentu...”


“Nyanyian hujan tak lagi merdu seperti dulu
Malam pun tak lagi ramah menyapaku
Kusingkap tirai asmaraku..sejenak kubayangkan kau ada di situ...

Sungguh kutak berdaya menahan sebak rinduku
Aku yang terbalut jerat cintamu
Terpaku sepi, sendiri menanti hadirmu...
Penantianku takkan berakhir sehingga ke penghujung detik nafasku...”



“Patah hati tak terubati
Jiwa merana kerana cinta...
Cinta sejati...tak kenal kecewa
Walau penantian tak berujung bahagia
Cinta sejati...tak lelah menanti
Hingga detak jantung berhenti...”


“Malam...kelammu mencengkam jiwaku
Aku yang terkubur oleh rindu...
Padamu malam ingin kuluahkan segala rasa
Yang selalu menyiksa...angan dan fikiranku
Padamu malam ingin kupesan...
Kiranya esok...kau akan datang
Bawalah dia bersama hembusan anginmu
Agar aku dapat melepaskan rindu
Yang kini membelengguku...”

“Dalam kesendirian...kuterbayang wajahmu
Dalam kerinduan...kurasakan cintamu
Dalam keresahan...kuingin belaianmu
Dalam lukaku...kusimpan dukaku
Kehadiranmu tetap kutunggu...

Sering kucuba melupakanmu...tapiku tak mampu
Begitu sukar untukku...menghapus segala kenanganku bersamamu
Aku lemas dalam resahku...
Aku lemas dalam rinduku...
Aku lemas dalam cintamu...
Engkau yang aku sayang...hingga ke akhir hayatku..”


“Kucuba susuri malam sepi...
Tanpa bintang atau rembulan semua pergi menghilang
Seakan enggan menemaniku yang kesepian...
Kucuba mencari bayangmu
Di antara hembusan bayu
Yang selalu berbisik madah rindu padaku...

Sayang...adakah kau tahu betapa aku merindukanmu...”


“Malam berlalu laju...ketika pagi kunjung bertamu
Kusambut mentari pagi...yang setia menyapaku
Harapku kau pun hadir bersama hangatnya mentari itu...

Agar dapat kurasa yang engkau bersamaku
Meskipun kita terpisah oleh jarak dan waktu...”




“Dalam sepi, kunanti dirimu
Dalam dingin, kurindu kehangatanmu
Dalam heningnya malam, kurasakan desah nafasmu
Dalam sinarnya rembulan, kucari senyummu...
Dalam resah rinduku, kuingin kau tahu bahwa
Aku sangat mencintaimu...”


Tuesday, October 23, 2012

*KUKIRIM RINDU UNTUKMU*

Detik masa…
Mengajarkan aku
Dari terus membelai rindu
Dan pada angin lalu
Kukirim rinduku untukmu
Agar ruang sepi
Terserlah cahaya gemilang.

Aku adalah musafir
Yang cuba berteduh
Di bawah redupanmu
Agar hangat mentari
Mendinginkan cintaku
Sedingin hembusan rindumu
Tika kita masih sejati.

Setelah segalanya tiada
Aku pun tabah
Menyeka darah luka
Dan aku kagum
Melihat kejora di langit
Yang suatu waktu dahulu
Kejora itu adalah aku
Dalam tintamu
Lewat warkah yang lalu…

*PELABUHAN SENJA*

Di senja itu…
Bila mentari berlabuh sayu
Kita menyusuri pantai rindu
Mengais bait-bait rindu
Di pasir waktu.

Di senja itu…
Bila ombak terdampar lesu
Kita menyusuri pasir waktu
Sesetia pohon ru melambai sayu.

Di senja itu…
Kita anyam buih harapan
Kita untai manik kenangan
Menjadi satu jalinan indah
Lalu…
Kita sematkan di dada bayu
Sungguh mengasyikkan.

Di senja itu…
Tanpa kita duga
Ombak ganas membadai pantai
Mendamparkan cinta kita
Ke tepian sepi,memilukan…

Dan di senja ini…
Mentari masih berlabuh sayu
Ombak masih terdampar kaku
Pohon ru masih melambaikan pilu
Namun…
Kini hanya aku
Terus menyusuri pantai rindu
Mengutip serpihan cinta
Kuhiasi di sudut ingatan
Sebagai kenangan bahawa
Kau dan aku…
Pernah berlabuh di senja itu
Lewat semusim lalu…




*SUARA PERINDU*

Benarkah…
Tika malam melabuhkan sayapnya
Bertandanglah angin rindu
Membuai sekeping hati
Menjemput sepi bersama syahdu.

Pabila memori itu
Mengejutkan kita
Mutiara mata pasti berkilauan
Lena bukan lagi jadi milik kita
Angin kenangan melitupi minda
Lemas akhirnya di hujung rasa
Mengingatkan cinta seketika cuma.

Benarkah kita seorang perindu
Terpadamlah api kenangan
Tiupkan bara semangat
Agar bisa jadi tembok
Antara nyata dan silam
Antara benar dan samar
Walau apapun…
Kenangan tetap milik kita…


*DI PENGHUJUNG RINDU*

Sayang…
Malam ini mimpiku meracau lagi
Bayang wajahmu silih menjelma
Membuatkan rinduku melangit
Namun…kasihku padamu
Tak pernah kesampaian
Dan cintaku padamu
Tak seindah wangian mimpiku.

Sayang…
Aku sedar siapa diriku
Tidak pernah sebanding
Dengan putera impianmu
Namun…aku tak mengerti
Mengapa cintaku ini
Tak mahu tercurah
Pada gadis lain
Selain dari dirimu…

Sayang…
Di penghujung rinduku ini
Hulurkan setitis kasihmu
Agar aku tidak lagi
Terkapai-kapai di dalam dilema
Mencari hakikat sebuah rahsia cinta…



*BAGAI SANG PELANGI ITU*

Bagai sang pelangi itu
Kubina latar pelangi
Sesudah hujan berundur
Ke balik horizon ufuk
Sang mentari mengerling
Dari jendela awan
Yang kabur.

Bagai sang pelangi itu
Betapa indah kehidupan
Warna yang berselang-seli
Mencalitkan percikan
Dan tompokan
Ternyata sebuah gambaran
Bukan kenyataan.

Bagai pelangi
Sesekali ia muncul
Selepas disirami
Rindu hujan.


*DI SINI KUTEMUI DIRIKU*

Di sini di kota ini
Kutemui diriku
Cair dalam bancuhan warna
Sang pelukis
Menemukan warna serasi
Antara serpihan duka
Dan percikan sinar.

Di sini kutemui diriku
Penuh gerak dalam diam
Dalam diam ada denyut
Mekar di rimbunan manusia
Mencapai matahari
Yang sekian lama
Merajuk ke balik mega.

Teringin aku berjalan
Sekali lagi di sini
Menyusur lorong
Mencari dan mengutip
Segala yang hilang.


*DUA JALUR PELANGI*

Pertemuan sesingkat ini
Bagaikan permainan
Dua jalur pelangi merentangi langit
Sehingga tidak sempat
Kucatat ghairahnya warna
Mentari mengerling
Sesudah air mata hujan
Bergenang dan tumpah.

Sekeping rasa yang kaugenggam
Bertandang di padang
Berbunga di pohon
Menyubur di kebun
Terapung di kolam
Mengombak di laut
Berpisah di langit
Menghilang entah ke mana.

Pertemuan sesementara ini
Selari dan melengkung
Dengan jejari berbeza
Seiring tak mungkin berdamping
Antara pelangi dan bianglala
Serupa makna bahasa
Berbeza simbol dan arah.


*CERITERA BULAN*

Bulan, kaukembalikan senyumku
Dalam gelap
Setelah gerhana berpecah
Dan awan menjadi cemburu
Mengabusi
Seri wajahmu.

Bulan, kulihat
Sekian gerombolan mega
Berarak bergerak berdansa
Di sempadan cahayamu
Yang bertebar.
(Di sebalik cahayamu, langit kian kelam
dan wajah hujan mengintai dan membisik
di telinga awan: “izinkan aku bebas lepas
mencumbu pantai dan tasik.”)


*MERINDUI SALJI*

Sesudah sekian lama
Menyaksikan tarian daun
Diheret sepi angin
Ke bumi yang kian suram
Malam menjadi kian panjang
Tanah rasa semakin gersang
Kenapakah salji
Masih belum datang.

Sesudah sekian lama
Merindui salji kapas
Tanah akhirnya bertaburan
Bunga-bunga rinduku
Menguntum dan berkembang
Di dahan dan di ranting.

Kendatipun dingin
Terang semakin bertali arus
Memanjangkan usia siang
Malam beransur-ansur
Mengundurkan langkah
Ke belakang musim.


Monday, October 22, 2012

*RINDU SEORANG PERANTAU*

Kurenung tajam bulan purnama
Teringat pada sawah padi
Ibu tua yang telah lama kutinggalkan.
Inginku kembali menghirup udara kehidupan
Bergelut bersama selut di bendang.

Kurenung dalam-dalam ke ruang diri
Kalendar usia kian nipis isinya
Inginku hitung pahala, tiada
Inginku kira dosa, tak terkira.

Oh! kepadamu-Mu Tuhanku
Ampunlah dosaku
Inginku kembali
Mencari erti kewujudanku
Di bumi-Mu.


*HUJAN DALAM DIRI*

Sewaktu hujan mengetuk-ngetuk
Di bumbung pagi
Kususuri kaki-kaki lima
Mencari suria diri
Yang sekian waktu
Masih belum timbul
Di sudut kalbu ini.

Kini malam sudah tergantung
Di dinding perhentian
Namun hujan masih belum reda
Suria diri masih belum menyala
Perlukah aku terus menjadi penanti
Yang sabar – setia – bodoh lagi
Kerana takut dan terlalu berhati-hati.

Atau..
Perlu aku meredah
Mengharung hujan kehidupan ini
Mendirikan bumbung sabar
Merentang payung tabah
Menentang hujan yang mencurah-curah
Dalam diri.



*SUARA DAN CITRA*

Menerobos terowong usia
Sebuah suara bergema
Melantun tentangan arus
Memantulkan ombak rasa
Sesekali bergelora
Menuntut dilontarkan daun rasa
Menjelajah alam hakikat :
Berbukukan alam semesta
Bertintakan budi dan hati
Berpenakan akal dan dalil
Mencari kewujudan diri.

Di kamar ini
Suara dan citra
Masih belum jelas dan nyata
Aku menjadi seorang pemaham
Menyaksikan malam tergantung
Di penjuru kamar.





*KAU TERLALU CEPAT BERUBAH*

Di sini
Kau terlalu cepat berubah
Bagai kegilaan musim
Antara tebaran mega
Dan permandian cahaya.

Di sini
Kau terlalu pantas menyerah
Hanya kerana sedikit godaan
Antara pancaran lampu
Dan kesuraman lebuh.

Aku di sini
Menanti apa seadanya
Melihat matahari tertawa
Dari sebalik tirai mega
Gelagat manusianya.

*CERITERA MALAM*

“Malam, kauterlalu cemburu
belum puas siang kucumbu
kauterus-menerus mengetuk pintu
mengintai di celah mentari
minta diuraikan dakapan rinduku,” kataku.

“Bagaimana aku tidak cemburu
sepanjang hidupku, belum pernah
kubelai jari-jemari siang.
Setiap kali kuhulur tanganku,
ia berselindung di balik bulan
dan kausaja yang terus-menerus
mengucup bibir manisnya,” keluh malam.



*YANG TELAH KEMBALI*

Telah lewat
Kita meneka
Jalan-jalan liku
Dengan debu zahir
Yang kelam di hujung senja.

Mentari rebah
Bersama cerita duka
Dari sebuah kenangan
Pada kesiangan tadi
Diulit hujan kealpaan
Hingga lemas
Pengertian alam
Dan malam kembali
Mengisi wajah sepi
Yang diam
Sepertinya !



*MIMPI DALAM MIMPI*

Semalam di ranjang hidup ini
Aku ditebari selimut mimpi
Buih-buih ingatan berdesir
Bagai angin malam menyapu wajah
Seorang aku tertipu
Oleh kepandaian sendiri
Kutemui diriku yang hodoh
Kusapa diriku yang bodoh.

Sewaktu jam loceng
Memanggil di cuping telingaku
Kugantungkan bingkai fikir
Di dinding malam.

Dunia ini sendiri
Sebuah mimpi dalam mimpi
Hanya dunia esok
Yang pasti terjaga dan
Kita tak akan
Bermimpi-mimpi lagi.