lagu
Wednesday, December 19, 2012
Aku Akan Selalu Ada Untukmu...
"Aku ingin menjadi segumpal awan... Yang bisa mengekori langkahmu... Agar dapat melindungi dirimu... Dari panas dan hujan yang melanda... Aku juga ingin menjadi matahari... Memberi cahaya menerangi hari-harimu... Memaparkan seluruh keindahan alam... Yang dipenuhi warna-warni keceriaanmu... Dan aku ingin menjadi bulan malammu... Menerangi dan menemani setiap sepimu... Bintang-bintang bertaburan di langit biru... Menjadi lampu-lampu menemani mimpi-mimpimu... Namun... Aku hanyalah aku... Cuma memiliki sekeping hati...Yang mampu berdoa buatmu...Dan mencintaimu setulus hati..."
Saturday, December 15, 2012
*LUKA*
Jika
sampai waktunya
Biarlah
kaca itu mendarahiku
Biarlah…
Biarlah
pedih menanahi hidupku ini.
Tidak
perlu
Air
mata ini kautangkiskan
Biarlah
aku mati dalam dunia
Kusendiri.
Luka
yang robek
Adalah
merah darah kedukaan…
Saturday, December 1, 2012
*SETIAP SIANG YANG DATANG*
Setiap siang yang datang
Adalah hari yang baru
Buat kita
Menyirami kuntum-kuntum
Yang terlayu
Diusik mentari,
Menyimpul benang-benang
Yang terputus
Di tarik jari.
Dan setiap siang yang datang
Adalah hari yang baru
Buat kita
Mencerah rona diri
Yang terkelabu
Memaniskan usia
Yang kian dewasa.
Setiap siang yang datang
Adalah hari baru
Yang mesti kita dakap
Dengan senyuman
Dan harapan…
*SEPERTI AIR LAUT*
Hidup ini seperti air laut…
Begitu kehendak Tuhan
Sentiasa bergelombang
Dipukul ribut terhempas di batu karang
Buihnya meresap di pasir
Di dasarnya tersimpan seribu rahsia.
Begitu kehendak Tuhan
Hidup seperti air laut
Maka bahtera pun belayar
Laut luas ternganga
Bekalnya cuma sebuah tekad
Di sinilah kejayaan…
Di sinilah kehancuran…
Kerana di sini bermulanya,
Cinta dan harapan…
*SEGALANYA TELAH TAWAR*
Mendung berarak-arak
Angin tersenyum sinis
Memerhati
Cahaya kian menghilang
Yang tadinya cerah kini kegelapan
Meraba-raba menyusur hidup
Walaupun kini
Sebutir cahaya memancar sinarnya
Namun cuma memberikan
Kecerahan yang malap
Kini semuanya sudah terlewat
Kerana segalanya telah tawar…
*HUJAN*
Hujan…
Lalu jadilah
Kini…
Antara kegelapan
Mencucuri sekujur tubuh
Dalam kerinduan
Penuh syahdu.
Lalu jadilah
Lagu-lagu yang ada
Tak pernah merdu
Semerdu hujan ini
Dan aku
Sebagaimana aku yang lalu
Tetap kepayahan
Dalam mencari sebuah pertemuan.
Kini…
Hujan dan kegelapan
Adalah pemburu dihati ini.
*PUISI BUAT TEMAN*
Teman…
Akan kuabadikan namamu…teman
Bicara demi bicara
Kauukir
Di sudut bibirmu
Akan kuhimpunkan
Menjadi puisi-puisi rinduku
Setiap kejauhan malam
Akan kudeklamasikan
Buat mengenangmu.
Akan kuabadikan namamu…teman
Dalam ingatanku
Mengiringi doa restuku
Buat kebahagiaanmu…
*SEBUAH PESONA*
Kilau dari matamu…
Gemersik dari nafasmu…
Aku pun tiba-tiba
Adalah nyala abadi
Pancaran seribu makna
Penuh erti dan pesona.
Gemersik dari nafasmu…
Adalah angin pagi
Lembut dan damai
Mengusap rasa.
Aku pun tiba-tiba
Jadi pentafsir
Mencari makna diri
Di antara
Kelopak-kelopak rindu…
*CERITA TENTANG CINTA*
Bagiku,
Cinta…
Tiada
terlukiskan
Tiada
terungkapkan
Jika kauingin tahu
Dan masih ragu-ragu
Inilah pesanku :-
Lihatlah wajahku…
Renunglah mataku…
Sentuhlah jejari ini…
Segala rahsia hati itulah cinta.
Usahlah dipaksa aku bersuara
Demi kata-kata yang mungkin palsu
Kerana siapa pun boleh saja mengucapkannya.
Maka jika ingin tahu rahsia dihatiku,usah paksa.
Inilah pesanku :-
Lihati wajahku…
Renungi mataku…
Sentuhi jejariku…
Di situ getaran sukma
Seni dan murni. Itulah.
*INGATAN*
Jika ingatan padaku sudah tiada
Aku setiap masa masih setia
Mungkin aku ibarat pipit
Inginku katakan padamu
Teman…
Sedetik luangkanlah agar
Diri ini masih mempunyai makna
Agar diri ini tidak terus luput.
Aku setiap masa masih setia
Ingatanku padamu tidak goyah
Masih kukuh seperti detik indah dulu
Yang kuharap akan berulang.
Mungkin aku ibarat pipit
Tidak tahu diri
Tapi ketahuilah teman…
Aku masih punya hati dan perasaan
Punya rasa untuk rindu merindui.
Inginku katakan padamu
Betapa aku rindu padamu
Betapa aku rindu pada dendanganmu
Yang aku semakin pasti
Kautidak sudi aku menjadi pendengar.
Teman…
Jauh di sudut hati
Aku tanamkan secebis harapan
Agar kauakan tetap setia mengingati
Pada insan yang pernah
Kaukenali…
*BILA RINDU MENJELMA*
Rindu…
Mengapa kaujelma lagi
Mengusik perasaan
Disaat aku dalam kejauhan
Sendiri di pelabuhan.
Rindu…
Beban ini menyiksakan
Yang pasti penawarnya
Cuma bertemu
Namun masa tidak merelakan
Pertemuan antara kita.
Rindu…
Oh, kejamnya
Kaucengkam jiwa ini
Di mana aku tak mampu menolaknya
Saat kaudatang
Aku pasti terseksa…
*SEJUTA PERSOALAN*
Perasaan…
Di sini…
Hidup ini terlalu pendek
Menjadi sedingin malam
Di perbukitan
Kelam di segenap ruang
Gema suara melantun dalam diri
Kemesraan pudar
Mereput di dedaunan kering.
Di sini…
Embun tidak henti menitis
Membasahi ruang ingatan
Pada mesra yang dulu
Ketika bilur-bilur waktu
Menikam telapak sendu
Akulah unggas-unggas hutan
Yang tak mampu melaung
Saat kuhimpun mesra
Kenangan menjadi bara
Yang menyemarakkan lagi
Sejuta dendam
Angin tak mampu melenyapkannya
Dalam ruang ingatan
Malam tak mampu menidurkan
Resah seorang penanti
Pada persoalan yang belum selesai
Hidup ini terlalu pendek
Untuk dimusykilkan…!!!
*ANDAINYA KESEPIAN MELANDA*
Andainya kesepian melanda…
Kosonglah hati ini
Terdampar sepi
Di pelabuhan tak berpantai.
Andainya kesepian melanda…
Tanduslah jiwa ini
Bagai musafir hilang pedoman
Di padang pasir tak berpenghuni.
Andainya kesepian melanda…
Resahlah rindu ini
Mengharap seteguk kasih
Di perhentian cinta bermisteri.
Andainya kesepian melanda…
Deritalah aku bernama lelaki
Dihempas ombak rindu
Di pantai cinta gadis.
Andainya kesepian melanda…
Hilangnya bicara menjadi tanya
Di dalam bait-bait puisi
Melepaskan sengsara rindu...
*TERLERAI SEBUAH KEMESRAAN*
Daun-daun harapan semalam
Apabila bicara
Gugur bertaburan
Meranapkan sebuah janji
Meruntuhkan kota cinta
Serpihan-serpihan cinta
Berkecai menimpa hati
Yang kian lara
Dan memusnahkan satu impian
Yang telah terbina
Antara dua hati.
Apabila bicara
Menjadi dusta
Kata-kata di sebalik senyuman
Hanyalah menjadi mainan
Engkau berselindung
Di sebalik kemesraan
Sekadar menyembunyikan
Sebuah kepuraan
Tiada lagi kebahagiaan
Yang menjemput kita
Hanyalah perpisahan…
*SERIBU PERSOALAN*
Sewaktu dulu…
Setelah sekian lama
Di persimpangan jalan
Mampukah kita…
Kita pernah mengukir janji
Memahat kata setia
Agar tidak terbenam
Ditelan zaman.
Setelah sekian lama
Kita melewati batas waktu
Kemesraan kita…
Hampir diragut musnah
Ikatan cinta…
Di ambang pintu retak
Janji setia…
Seakan lenyap dan pudar
Di persimpangan jalan
Aku bergelut dengan dilema
Diselaputi seribu persoalan
Hatiku semakin digayuti resah
Di wajahmu kulihat
Terpamer senyum duka
Di matamu kurenung
Tiada lagi sinar bahagia
Mampukah kita…
Terus menggantung harapan
Menggarap impian
Jika dihati…
Kasih sudah terlerai
Sayang sudah berkecai…
*TERIMA KASIH SEGALANYA*
Terima kasih aduhai teman…
Kerana sudi membenih cinta
Melamar kemanisan bahagia
Walau samar kejituannya.
Terima kasih wahai teman…
Tatkala diri di kamar gelita
Kauhadir membawa cahaya
Walau tak pasti gemerlap sinarnya.
Terima kasih segalanya teman…
Kerana pernah menabur budi
Menyemai kasih di taman hati
Menanam rindu di batas hari
Walau ianya berakhir sepi.
Maafkan aku wahai teman…
Walau biduk berlalu pergi
Tak mungkin kiambang…
Bertaut kembali…
Tuesday, November 27, 2012
Terima Kasih...Tuhan...
“Kalau malam bisa mencintai aku
Tuhan...
Pasti siang cemburu lalu pelanginya hilang
Namun jika aku menerima cintanya siang
Malam pasti merajuk dan tidak berbulan.
Tuhan...
Berikan aku cinta
Yang tidak perlu aku memilih
Antara dua keindahan
Dan, terima kasih
Kerana KAU berikan aku dia,
Cinta yang tidak perlu aku pilih.”
"Hari ini aku berjalan tak berteman
Bagiku…
Kelilingku orang-orang asing
Yang tidak mengenaliku lagi
Di sini tiada senyum dan salam
Bicara jauh sekali
Aku makin sunyi
Bagiku…
Ombak laut, bukit bukau
Seakan bisu
Pasir pantai, desir angin di gunung
Tak berlagu….
di jiwaku
Semuanya telah mati,
mati!
Aku makin sepi…"
Sunday, October 28, 2012
“Kujadikan dirimu kenangan dalam hati
Terlalu lama kau pergi...aku yang terkapar di pantai sepi
Tenggelam di tengah lautan...mencari cinta yang pernah kau
beri
Bilakah kau akan kembali...menemuiku yang setia di sini...
Mengapa ini semua berlaku...disaat aku merindukanmu
Terasa kau semakin jauh dariku..namunku tak pernah jemu
Untuk selalu menunggumu
Kiranya kau takkan kembali...biarlah aku sendiri sampai
akhir nafas ini...”
Wednesday, October 24, 2012
“Kelu bibir malam menyaksikan kepergianmu
Hanya titis airmata mengiringimu berlalu meninggalkan aku
Inginku jaga dalam mimpiku...menerima kenyataan yang berlaku
Namun kutahu kutakkan mampu...
Kini cintamu tiada lagi...telah terkubur bersama sepi
Pusara rindu ini sebagai bukti cintaku
Biar kubawa cinta ini bersemadi dalam hatiku
Kurelakan kau pergi...bersama mimpiku...
Kukan harungi hidupku tanpa dirimu...”
“Berat tangan melepaskanmu...
Berat lagi hati membiarkanmu berlalu
Bukanku takut kehilanganmu...
Tapiku tak sanggup menahan seksanya rindu.
Bukanku sakit hati terhiris...
Tapiku lelah terus menangis...
Biar aku di sini menantimu...hingga kering air mataku
Angin malam temani aku...hingga dia kembali kepangkuanku."
“Nyanyian hujan tak lagi merdu seperti dulu
Malam pun tak lagi ramah menyapaku
Kusingkap tirai asmaraku..sejenak kubayangkan kau ada di situ...
Sungguh kutak berdaya menahan sebak rinduku
Aku yang terbalut jerat cintamu
Terpaku sepi, sendiri menanti hadirmu...
Penantianku takkan berakhir sehingga ke penghujung detik nafasku...”
Malam pun tak lagi ramah menyapaku
Kusingkap tirai asmaraku..sejenak kubayangkan kau ada di situ...
Sungguh kutak berdaya menahan sebak rinduku
Aku yang terbalut jerat cintamu
Terpaku sepi, sendiri menanti hadirmu...
Penantianku takkan berakhir sehingga ke penghujung detik nafasku...”
“Malam...kelammu mencengkam jiwaku
Aku yang terkubur oleh rindu...
Padamu malam ingin kuluahkan segala rasa
Yang selalu menyiksa...angan dan fikiranku
Padamu malam ingin kupesan...
Kiranya esok...kau akan
datang
Bawalah dia bersama hembusan anginmu
Agar aku dapat melepaskan rindu
Yang kini membelengguku...”
“Dalam kesendirian...kuterbayang wajahmu
Dalam kerinduan...kurasakan cintamu
Dalam keresahan...kuingin belaianmu
Dalam lukaku...kusimpan dukaku
Kehadiranmu tetap kutunggu...
Sering kucuba melupakanmu...tapiku tak mampu
Begitu sukar untukku...menghapus segala kenanganku
bersamamu
Aku lemas dalam resahku...
Aku lemas dalam rinduku...
Aku lemas
dalam cintamu...
Engkau yang aku sayang...hingga ke akhir hayatku..”
Tuesday, October 23, 2012
*KUKIRIM RINDU UNTUKMU*
Detik masa…
Aku adalah musafir
Setelah segalanya tiada
Mengajarkan aku
Dari terus membelai rindu
Dan pada angin lalu
Kukirim rinduku untukmu
Agar ruang sepi
Terserlah cahaya gemilang.
Aku adalah musafir
Yang cuba berteduh
Di bawah redupanmu
Agar hangat mentari
Mendinginkan cintaku
Sedingin hembusan rindumu
Tika kita masih sejati.
Setelah segalanya tiada
Aku pun tabah
Menyeka darah luka
Dan aku kagum
Melihat kejora di langit
Yang suatu waktu dahulu
Kejora itu adalah aku
Dalam tintamu
Lewat warkah yang lalu…
*PELABUHAN SENJA*
Di senja itu…
Di senja itu…
Di senja itu…
Di senja itu…
Dan di senja ini…
Bila mentari berlabuh sayu
Kita menyusuri pantai rindu
Mengais bait-bait rindu
Di pasir waktu.
Di senja itu…
Bila ombak terdampar lesu
Kita menyusuri pasir waktu
Sesetia pohon ru melambai sayu.
Di senja itu…
Kita anyam buih harapan
Kita untai manik kenangan
Menjadi satu jalinan indah
Lalu…
Kita sematkan di dada bayu
Sungguh mengasyikkan.
Di senja itu…
Tanpa kita duga
Ombak ganas membadai pantai
Mendamparkan cinta kita
Ke tepian sepi,memilukan…
Dan di senja ini…
Mentari masih berlabuh sayu
Ombak masih terdampar kaku
Pohon ru masih melambaikan pilu
Namun…
Kini hanya aku
Terus menyusuri pantai rindu
Mengutip serpihan cinta
Kuhiasi di sudut ingatan
Sebagai kenangan bahawa
Kau dan aku…
Pernah berlabuh di senja itu
Lewat semusim lalu…
*SUARA PERINDU*
Benarkah…
Pabila memori itu
Benarkah kita seorang perindu
Tika malam melabuhkan sayapnya
Bertandanglah angin rindu
Membuai sekeping hati
Menjemput sepi bersama syahdu.
Pabila memori itu
Mengejutkan kita
Mutiara mata pasti berkilauan
Lena bukan lagi jadi milik kita
Angin kenangan melitupi minda
Lemas akhirnya di hujung rasa
Mengingatkan cinta seketika cuma.
Benarkah kita seorang perindu
Terpadamlah api kenangan
Tiupkan bara semangat
Agar bisa jadi tembok
Antara nyata dan silam
Antara benar dan samar
Walau apapun…
Kenangan tetap milik kita…
*DI PENGHUJUNG RINDU*
Sayang…
Sayang…
Sayang…
Malam ini mimpiku meracau lagi
Bayang wajahmu silih menjelma
Membuatkan rinduku melangit
Namun…kasihku padamu
Tak pernah kesampaian
Dan cintaku padamu
Tak seindah wangian mimpiku.
Sayang…
Aku sedar siapa diriku
Tidak pernah sebanding
Dengan putera impianmu
Namun…aku tak mengerti
Mengapa cintaku ini
Tak mahu tercurah
Pada gadis lain
Selain dari dirimu…
Sayang…
Di penghujung rinduku ini
Hulurkan setitis kasihmu
Agar aku tidak lagi
Terkapai-kapai di dalam dilema
Mencari hakikat sebuah rahsia cinta…
*BAGAI SANG PELANGI ITU*
Bagai sang pelangi itu
Bagai sang pelangi itu
Bagai pelangi
Kubina latar pelangi
Sesudah hujan berundur
Ke balik horizon ufuk
Sang mentari mengerling
Dari jendela awan
Yang kabur.
Bagai sang pelangi itu
Betapa indah kehidupan
Warna yang berselang-seli
Mencalitkan percikan
Dan tompokan
Ternyata sebuah gambaran
Bukan kenyataan.
Bagai pelangi
Sesekali ia muncul
Selepas disirami
Rindu hujan.
*DI SINI KUTEMUI DIRIKU*
Di sini di kota ini
Di sini kutemui diriku
Teringin aku berjalan
Kutemui diriku
Cair dalam bancuhan warna
Sang pelukis
Menemukan warna serasi
Antara serpihan duka
Dan percikan sinar.
Di sini kutemui diriku
Penuh gerak dalam diam
Dalam diam ada denyut
Mekar di rimbunan manusia
Mencapai matahari
Yang sekian lama
Merajuk ke balik mega.
Teringin aku berjalan
Sekali lagi di sini
Menyusur lorong
Mencari dan mengutip
Segala yang hilang.
*DUA JALUR PELANGI*
Pertemuan sesingkat ini
Sekeping rasa yang kaugenggam
Pertemuan sesementara ini
Bagaikan permainan
Dua jalur pelangi merentangi langit
Sehingga tidak sempat
Kucatat ghairahnya warna
Mentari mengerling
Sesudah air mata hujan
Bergenang dan tumpah.
Sekeping rasa yang kaugenggam
Bertandang di padang
Berbunga di pohon
Menyubur di kebun
Terapung di kolam
Mengombak di laut
Berpisah di langit
Menghilang entah ke mana.
Pertemuan sesementara ini
Selari dan melengkung
Dengan jejari berbeza
Seiring tak mungkin berdamping
Antara pelangi dan bianglala
Serupa makna bahasa
Berbeza simbol dan arah.
*CERITERA BULAN*
Bulan, kaukembalikan senyumku
Bulan, kulihat
Dalam gelap
Setelah gerhana berpecah
Dan awan menjadi cemburu
Mengabusi
Seri wajahmu.
Bulan, kulihat
Sekian gerombolan mega
Berarak bergerak berdansa
Di sempadan cahayamu
Yang bertebar.
(Di sebalik cahayamu, langit kian kelam
dan wajah hujan mengintai dan membisik
di telinga awan: “izinkan aku bebas lepas
mencumbu pantai dan tasik.”)
*MERINDUI SALJI*
Sesudah sekian lama
Sesudah sekian lama
Kendatipun dingin
Menyaksikan tarian daun
Diheret sepi angin
Ke bumi yang kian suram
Malam menjadi kian panjang
Tanah rasa semakin gersang
Kenapakah salji
Masih belum datang.
Sesudah sekian lama
Merindui salji kapas
Tanah akhirnya bertaburan
Bunga-bunga rinduku
Menguntum dan berkembang
Di dahan dan di ranting.
Kendatipun dingin
Terang semakin bertali arus
Memanjangkan usia siang
Malam beransur-ansur
Mengundurkan langkah
Ke belakang musim.
Monday, October 22, 2012
*RINDU SEORANG PERANTAU*
Kurenung tajam bulan purnama
Kurenung dalam-dalam ke ruang diri
Oh! kepadamu-Mu Tuhanku
Teringat pada sawah padi
Ibu tua yang telah lama kutinggalkan.
Inginku kembali menghirup udara kehidupan
Bergelut bersama selut di bendang.
Kurenung dalam-dalam ke ruang diri
Kalendar usia kian nipis isinya
Inginku hitung pahala, tiada
Inginku kira dosa, tak terkira.
Oh! kepadamu-Mu Tuhanku
Ampunlah dosaku
Inginku kembali
Mencari erti kewujudanku
Di bumi-Mu.
*HUJAN DALAM DIRI*
Sewaktu hujan mengetuk-ngetuk
Kini malam sudah tergantung
Atau..
Di bumbung pagi
Kususuri kaki-kaki lima
Mencari suria diri
Yang sekian waktu
Masih belum timbul
Di sudut kalbu ini.
Kini malam sudah tergantung
Di dinding perhentian
Namun hujan masih belum reda
Suria diri masih belum menyala
Perlukah aku terus menjadi penanti
Yang sabar – setia – bodoh lagi
Kerana takut dan terlalu berhati-hati.
Atau..
Perlu aku meredah
Mengharung hujan kehidupan ini
Mendirikan bumbung sabar
Merentang payung tabah
Menentang hujan yang mencurah-curah
Dalam diri.
*SUARA DAN CITRA*
Menerobos terowong usia
Di kamar ini
Sebuah suara bergema
Melantun tentangan arus
Memantulkan ombak rasa
Sesekali bergelora
Menuntut dilontarkan daun rasa
Menjelajah alam hakikat :
Berbukukan alam semesta
Bertintakan budi dan hati
Berpenakan akal dan dalil
Mencari kewujudan diri.
Di kamar ini
Suara dan citra
Masih belum jelas dan nyata
Aku menjadi seorang pemaham
Menyaksikan malam tergantung
Di penjuru kamar.
*KAU TERLALU CEPAT BERUBAH*
Di sini
Di sini
Aku di sini
Gelagat manusianya.
Kau terlalu cepat berubah
Bagai kegilaan musim
Antara tebaran mega
Dan permandian cahaya.
Di sini
Kau terlalu pantas menyerah
Hanya kerana sedikit godaan
Antara pancaran lampu
Dan kesuraman lebuh.
Aku di sini
Menanti apa seadanya
Melihat matahari tertawa
Dari sebalik tirai mega
*CERITERA MALAM*
“Malam, kauterlalu cemburu
belum puas siang kucumbu
kauterus-menerus mengetuk
pintu
mengintai di celah mentari
minta diuraikan dakapan
rinduku,” kataku.
“Bagaimana aku tidak
cemburu
sepanjang hidupku, belum
pernah
kubelai jari-jemari siang.
Setiap kali kuhulur
tanganku,
ia berselindung di balik
bulan
dan kausaja yang
terus-menerus
mengucup bibir manisnya,”
keluh malam.
*YANG TELAH KEMBALI*
Telah lewat
Mentari rebah
Kita meneka
Jalan-jalan liku
Dengan debu zahir
Yang kelam di hujung
senja.
Mentari rebah
Bersama cerita duka
Dari sebuah kenangan
Pada kesiangan tadi
Diulit hujan kealpaan
Hingga lemas
Pengertian alam
Dan malam kembali
Mengisi wajah sepi
Yang diam
Sepertinya !
*MIMPI DALAM MIMPI*
Semalam di ranjang hidup
ini
Aku ditebari selimut mimpi
Buih-buih ingatan berdesir
Bagai angin malam menyapu
wajah
Seorang aku tertipu
Oleh kepandaian sendiri
Kutemui diriku yang hodoh
Kusapa diriku yang bodoh.
Sewaktu jam loceng
Memanggil di cuping
telingaku
Kugantungkan bingkai fikir
Di dinding malam.
Dunia ini sendiri
Sebuah mimpi dalam mimpi
Hanya dunia esok
Yang pasti terjaga dan
Kita tak akan
Bermimpi-mimpi lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)